Dalam beberapa pekan terakhir, kegiatan di lingkungan pesantren yang berlokasi di Kelurahan Duyu, Kecamatan Tatanga, menunjukkan semangat kolaboratif dengan berbagai pihak dalam upaya memperkuat nilai toleransi, melawan provokasi berbasis SARA, serta mendorong pemahaman Islam yang sejuk dan inklusif.
“Kami percaya bahwa pesantren harus menjadi pelindung masyarakat dari informasi menyesatkan dan paham yang merusak persatuan. Para santri perlu dibekali pemahaman agama yang kuat namun tetap rahmatan lil ‘alamin,” ungkap Ust. Mu’id Rofi’.
Sebagai pengasuh utama, beliau juga menginstruksikan penguatan kurikulum dakwah pesantren dengan materi kebangsaan, toleransi antarumat, serta literasi digital untuk menangkal hoaks dan ujaran kebencian, khususnya di kalangan dai muda dan santri senior.
Langkah strategis lain yang telah dilakukan antara lain adalah:
Pengawasan ketat terhadap materi ceramah eksternal yang masuk ke pesantren.
Penolakan tegas terhadap kegiatan atau individu yang membawa agenda intoleransi atau politik praktis ke dalam lingkungan pendidikan agama.
Pelibatan aktif pengurus dalam penyuluhan damai, diskusi kebangsaan, serta pelatihan kader santri anti-radikalisme.
Pesantren ini juga membuka ruang kerja sama lintas sektor, termasuk dengan tokoh agama dan masyarakat sekitar, untuk bersama-sama menciptakan ruang keagamaan yang aman, harmonis, dan nasionalis.
Dengan struktur kepengurusan yang terkonsentrasi pada sosok pengasuh, Ust. Mu’id Rofi’ tampil sebagai figur sentral dalam menjaga arah ideologi pesantren agar tetap berada dalam koridor Ahlussunnah wal Jama’ah yang moderat, sekaligus memperkuat ketahanan sosial masyarakat dari infiltrasi ajaran menyimpang.